

Ditulis oleh Adhika Lie |
Minggu, 25 Oktober 2009 04:10 |
Mengapa Pesawat Terbang Dapat Terbang: Generation of Lift Pada suatu hari di kantor di bilangan Jakarta Pusat, Anda mendadak mendapat telepon bahwa Anda ditugaskan untuk berangkat ke Manado untuk suatu pekerjaan. Anda dijadwalkan untuk terbang meninggalkan Jakarta keesokan harinya pada pukul 8 pagi. Pernahkah Anda bertanya, mengapa pesawat terbang bisa terbang di udara? Adakah sesuatu yang salah dengan hukum gravitasi Mr. Newton? Bukankah segala sesuatu yang tidak digantung dan tidak nempel ke tanah harus jatuh kembali ke tanah? Weight Setiap sesuatu yang menempati ruang, memiliki massa. Setiap massa yang terpengaruh oleh medan gravitasi, memiliki berat. Hal ini juga berlaku dengan pesawat terbang. Setiap komponen pesawat terbang, mulai dari rangka pesawat, penumpang, sampai dengan bagasi, menambah berat pesawat terbang tersebut. Gaya berat ini yang menyebabkan setiap barang yang gak nempel ke tanah, atau yang tidak ditahan akan selalu jatuh ke tanah. Gaya berat selalu menarik segala sesuatu ke pusat gravitasi bumi. Lift Kalau begitu, pesawat harus ditahan supaya tidak jatuh, dong? Ya, pesawat terbang dapat mengudara karena ditahan oleh gaya angkat (lift) netto yang dihasilkan oleh seluruh badan pesawat. Tentunya, komponen terbesar yang menghasilkan gaya angkat adalah bagian sayap pesawat (wing). Bagaimana lift dihasilkan? Ada tiga nama yang harus disebutkan di sini, Mr. Newton, Mr. Coanda dan Mr. Bernoulli. ![]() Hey, Mr. Newton! Lift dihasilkan karena aliran udara dibelokkan ketika mengalir melewati sayap. Bahkan, tidak hanya ketika melewati sayap pesawat, lift juga dihasilkan ketika kita menaruh kertas di depan aliran udara pada suatu sudut tertentu. Kata kuncinya adalah: aliran dan pembelokan aliran tersebut. Coba dengan bermain pesawat kertas! Jika pesawat dilepas tanpa diberi dorongan ke depan, pesawat tersebut tetap akan jatuh ke tanah. Ini menunjukkan perlu ada aliran udara agar lift dapat dihasilkan. Ketika aliran udara dibelokkan, terjadi aksi-reaksi antara aliran udara dan objek yang membelokkan udara tersebut (sayap, kertas). Ketika aliran udara yang awalnya lurus kemudian belok setelah melewati objek tersebut, kita kemudian bertanya, apa yang membengkokkan aliran tersebut. Ya, jawabannya adalah objek tersebut. Artinya, ada suatu gaya yang dikerjakan oleh objek tersebut terhadap aliran udara tersebut. Mr. Newton berkata, untuk setiap aksi akan ada reaksi yang sama besar pada arah yang berlawanan dari aksi tersebut. Objek tadi telah mengerjakan suatu aksi pada aliran udara tersebut, maka, aliran udara juga akan mengerjakan reaksi yang sama besar pada objek tersebut. Mari kita liat apa yang terjadi pada pesawat kertas kita tadi. The second guy, Mr. Coanda! OK, sekarang kita telah mengerti bahwa lift dihasilkan karena arah aliran udara dibelokkan. Mengapa aliran udara tersebut bisa belok? Henri Coanda (1886-1972) menemukan suatu fenomena bahwa aliran fluida cenderung menempel ke permukaan di dekatnya. Artinya udara nggak bablas begitu saja, tetapi mengikuti bentuk permukaan di dekatnya. Artinya streamline aliran fluida tersebut akan berubah sesuai dengan bentuk permukaan di dekatnya. Hal ini menyebabkan aliran udara terbelokkan ketika mengenai kertas kita tadi (ataupun ketika melewati permukaan sayap). Efek Bernoulli Apa manifestasi nyata dari lift? Apabila berat pesawat dapat dilihat dari gravitasi bumi, lift dapat dilihat sebagai hasil dari perbedaan tekanan antara permukaan atas dan permukaan bawah sayap. Nett lift (gaya angkat netto) hanya bisa terjadi apabila tekanan di bawah sayap lebih besar daripada tekanan di atas sayap. Menurut Bernoulli, hal ini hanya bisa dihasilkan apabila kecepatan aliran di bagian bawah sayap pesawat lebih kecil daripada kecepatan aliran udara di bagian atas sayap pesawat. And the rotating ball ![]() Dapat juga diartikan sebaliknya bahwa lift dapat dihasilkan karena adanya perbedaan kecepatan di antara dua permukaan sehingga terjadi perbedaan tekanan. Hal ini dapat juga dilihat di olahraga tenis lapangan. Pemain tenis berusaha membuat bola mereka berputar (spin). Misalnya ketika melakukan topspin (bola diputar dengan pukulan raket dari bawah ke atas), ini membantu mencegah bola tenis jatuh di luar lapangan. Hal ini disebabkan ketika bola diberikan top spin, bola akan berputar seperti ditunjukkan di gambar di bawah ini. Dengan demikian, kecepatan aliran di atas bola lebih kecil daripada di bawah bola. Hal ini menyebabkan gaya ke bawah (Fm) pada bola tenis yang membantu mencegah bola tidak keluar lapangan. More Advanced Topics ![]() Bound Vortex and Kutta-Joukowski Kutta dan Joukowski adalah dua orang yang memformulasikan bahwa lift dapat dihubungkan dengan sirkulasi/perputaran udara di sekitar suatu objek. Artinya, untuk setiap lift yang dihasilkan, ada suatu perputaran udara yang bisa diasosiasikan dengan lift tersebut. Ini yang dikenal dengan istilah bound vortex di sayap pesawat. Perputaran udara ini menghasilkan lift pada pesawat. Teorema sirkulasi yang dituliskan oleh Kelvin menyatakan bahwa karena pada awalnya ketika pesawat diam tidak ada sirkulasi sama sekali, vortex ini akan membentuk suatu loop yang agar total sirkulasi tetap nol. Akibatnya dapat dilihat seperti pada gambar di samping: adanya starting vortex dan tip vortex. The Common Fallacies Kesalahan-kesalahan yang sering ditemukan mengenai bagaimana lift dapat dihasilkan adalah sebagai berikut: Teori "Longer path" or "Equal Transit Time" Teori ini mengatakan bahwa airfoil pesawat di-design sedemikian agar panjang lintasan permukaan atas sayap lebih panjang daripada permukaan bawah sayap. Artinya molekul udara di sisi atas sayap harus bergerak lebih cepat daripada molekul di sisi bawah sayap agar mereka bertemu lagi di ujung trailing edge sayap. Teori ini walaupun kedengarannya benar, tetapi didasarkan pada asumsi yang salah, yaitu bahwa molekul udara harus bertemu lagi di ujung sayap. Kalau teori ini benar, kertas kita tadi tidak akan bisa menghasilkan lift. Pada kenyataannya, ada lift yang dihasilkan dari kertas yang diletakkan pada suatu angle-of-attack terhadap aliran udara. Teori tumbukan molekul udara Teori ini mengatakan bahwa lift dihasilkan dari tumbukan udara yang dibelokkan pada sisi bawah sayap. Teori ini salah karena hanya melihat pada sisi bawah sayap saja yang menyebabkan aliran udara membelok. Pada kenyataannya lebih banyak udara yang dibelokkan di sisi atas sayap dibandingkan dengan sisi bawah sayap. |
Ditulis oleh Fadjar Nugroho | ||||||||||||||||
Senin, 13 Desember 2010 16:57 | ||||||||||||||||
"Nanti mau jadi apa?", " Jadi pilot!" begitu biasanya jawaban anak-anak, terutama anak laki-laki. Jawaban ini sangat umum beserta profesi lainnya seperti dokter dan tentara. Tahukah anda bahwa setelah menjadi pilotpun banyak pilihan (jika bisa memilih) atau dengan kata yang lebih tepat banyak kemungkinan pekerjaan yang berbeda biarpun menyandang pekerjaan yang sama, penerbang. Tulisan ini tidak membahas karir penerbang militer dan penerbang pemerintah lainnya seperti polisi, SAR, dan lainnya. Menjadi penerbang juga tidak harus bekerja sebagai pilot profesional. Banyak orang yang sehari-harinya bekerja di darat atau juga pengusaha dan meluangkan akhir minggunya dengan terbang sebagai penerbang amatir. Penerbang hobiDi Indonesia, menerbangkan pesawat hobi seperti terbang layang, pesawat swayasa, atau bahkan pesawat bermotor yang "certified" tidaklah terlalu umum, biarpun kegiatan ini ada. Di Jakarta anda bisa datang ke lapangan terbang Pondok Cabe di dekat Ciputat untuk melihat kegiatan ini setiap akhir minggu. Semua kegiatan hobi ini bernaung di bawah organisasi Federasi Aerosport Indonesia (FASI) bersama dengan kegiatan lain seperti terjun payung, gantole, dan pesawat model (aeromodelling). Terbang layang: Bedanya pesawat terbang layang dengan pesawat "normal" adalah, pesawat ini tidak memiliki mesin. Jadi bagaimana bisa terbang? Pesawat ini harus ditarik untuk bisa terbang dan kemudian bisa dilepas lalu melayang dengan bebas. Jika beruntung mendapatkan udara yang sedang naik maka bisa melayang sampai berjam-jam. Alat penariknya bisa berupa pesawat lain, atau alat penarik di darat yang disebut Winch, atau bisa juga ditarik dengan mobil. Lisensi yang dibutuhkan untuk menerbangkan pesawat layang atau glider adalah PPL dengan rating glider. Artikel tentang lisensi dapat anda baca di artikel dengan judul Panduan menjadi penerbang di website ilmuterbang.com ini. ![]() Pesawat Swayasa dan ultralight Pesawat swayasa/experimental dan ultralight atau di beberapa negara disebut microlight adalah pesawat ringan yang dirakit sendiri. Jika anda ingin merakit sendiri pesawat anda maka jenis pesawat ini adalah yang paling cocok untuk anda. Karena kebanyakan pesawat swayasa adalah pesawat dengan satu mesin maka lisensi yang dibutuhkan minimal adalah PPL dengan rating Single engine. Bisa single engine land atau single engine sea. ![]() Penerbang profesional sipil Menjadi penerbang profesional artinya adalah menjadi penerbang yang dibayar. Pesawat apapun yang diterbangkan jika anda ingin dibayar, maka anda harus memiliki lisensi minimal CPL (Commercial Pilot License). Mari kita mulai bahas tahap-tahap di sekolah penerbang untuk mendapatkan lisensi CPL ini. Untuk mendapatkan CPL, seseorang harus melewati tahap PPL yang saat ini menurut peraturan membutuhkan minimum 40 jam terbang. Setelah lulus PPL maka dia akan mengumpulkan jam terbang lebih banyak lagi (normalnya adalah 200 jam atau 150 jam jika dilakukan di sekolah penerbang) dan ground school untuk mengajukan ujian CPL. Ujian terbang CPL ini bisa dilakukan dengan pesawat bermesin tunggal atau pesawat bermesin ganda. Jika dilakukan dengan pesawat bermesin ganda maka di lisensi juga akan tertulis rating Multi Engine (ME). Ada lagi rating yang bisa ditambahkan dan sangat penting untuk kelanjutan karir seorang penerbang profesional. Rating ini adalah Instrument Rating (IR). Rating ini berguna untuk menerbangkan pesawat pada waktu jarak pandang yang minim. Biasanya rating ini dilatih dan diuji diantara PPL dan CPL. Mengapa demikian? Karena untuk mendapatkan IR seorang penerbang harus sudah punya PPL dan juga mengumpulkan jam terbang tertentu yang diatur di peraturan penerbangan sipil. Biasanya adalah 125 jam. Kesimpulannya seorang calon penerbang harus melakukan minimal 150 jam untuk menjadi penerbang profesional dengan urutan ideal sebagai berikut: 0-40 jam: PPL Course (belajar di kelas), PPL Exam (ujian tertulis) dan PPL check ride (ujian terbang). 40-125 jam: IR Course, IR Exam, IR check ride. 40-150 jam: CPL Course, CPL exam, CPL checkride.
Jam terbang yang dibutuhkan untuk mendapatkan CPL dengan rating helikopter adalah sama, yaitu 150 jam, tapi tidak semuanya harus di helikopter. Minimum 50 jam yang harus dilakukan di helikopter. Jadi seorang calon penerbang helikopter dapat memulai latihannya dengan pesawat latih dan melanjutkannya dengan helikopter, sehingga mengurangi biaya sekolah karena biaya pengoperasian helikopter biasanya jauh lebih mahal daripada pesawat biasa. Hak seorang Pemegang CPL Setelah mendapatkan CPL, maka sudah mulai boleh mencari kerja sebagai penerbang yang boleh dibayar tapi lisensi ini masih terbatas karena pemegang CPL tidak bisa menjadi seorang captain (pilot in command, PIC), tapi hanya bisa sebagai kopilot di maskapai yang mengoperasikan pesawat besar dengan jumlah kursi penumpang lebih dari 30 dan/atau berat lebih dari 7500 pound. Menjadi PIC di pesawat kategori ini harus memiliki lisensi ATP dengan minimum 1500 jam terbang yang akan kita bahas kemudian. Selain menjadi kopilot di pesawat yang relatif besar, ada beberapa kemungkinan yang bisa dilakukan, yaitu menjadi penerbang komersial di pesawat yang membutuhkan hanya satu penerbang, menjadi instruktur, penerbang pesawat pribadi/perusahaan, menerbangkan pesawat penyemprot hama, photo udara, penarik banner (spanduk), penarik glider dan lainnya. Membawa penumpang untuk melihat pemandangan alam, juga membutuhkan lisensi CPL jika dibayar. Khusus untuk helikopter, selain membawa penumpang, seorang penerbang helikopter dapat menerbangkan mangangkat barang, helikopter ambulans, polisi, dan media seperti TV. Untuk menjadi instruktur, seorang penerbang membutuhkan sebuah rating lagi di lisensinya yaitu FI (Flight Instructor) rating. Seperti halnya rating yang lain, untuk mendapatkan rating ini dibutuhkan ground course, exam dan checkride. Minimal lisensi yang harus dimiliki untuk mendapatkan rating ini adalah CPL. Untuk menjadi penerbang penyemprot hama, penarik banner atau penarik glider, tidak dibutuhkan rating tapi biasanya hanya training oleh instruktur yang sudah berpengalaman melakukan hal yang sama. Untuk menjadi penarik glider, penerbang tersebut juga harus menjalankan training dengan terbang di glider. Menjadi penerbang di maskapai penerbangan yang terkenal adalah cita-cita banyak penerbang sipil, padahal ini hanyalah salah satu pekerjaan yang tersedia setelah menjadi penerbang seperti sudah kita bahas sebelumnya. Di peraturan penerbangan Indonesia ada dua tipe maskapai penerbangan, pertama yaitu maskapai yang mengoperasikan pesawat dengan maksimum 30 tempat duduk penumpang dan/atau maksimum berat pesawat 7500 pound, dan kedua adalah maskapai yang mengoperasikan pesawat dengan kursi penumpang lebih dari 30 dan/atau berat pesawat lebih dari 7500 pound. Di maskapai jenis pertama, aturan yang berlaku adalah CASR part 135, sedangkan untuk jenis maskapai yang kedua berlaku part 121. Maskapai part 135 Perusahaan yang berada di bawah aturan CASR 135 biasanya adalah perusahaan yang menyediakan pelayanan untuk penumpang baik berjadwal atau charter, perusahaan kargo, perusahaan penyemprot hama, perusahaan foto udara, perusahaan transportasi medis (ambulans udara) dan lain sebagainya. Seorang penerbang dengan lisensi CPL boleh menjadi PIC (Pilot In Command) di perusahaan jenis ini. Segala macam aturan training yang dibutuhkan juga tertulis di CASR 135. Perusahaan yang mengoperasikan helikopter biasanya ada di part 135 karena jarang ada helikopter yang punya lebih dari 30 kursi penumpang. Maskapai part 121 Perusahaan airline seperti Garuda Indonesia dan lainnya adalah perusahaan yang tunduk pada aturan 121. Perusahaan jenis ini selain hanya membawa penumpang, bisa juga hanya membawa kargo atau keduanya. Contoh perusahaan penerbangan yang hanya membawa kargo yang terkenal adalah FEDEX dan DHL. Di Indonesia pada saat tulisan ini ditulis ada perusahaan yang bernama Republik Express. Sedangkan airline yang membawa penumpang biasanya juga membawa sejumlah kargo untuk dibawa. Jenjang karir di perusahaan-perusahaan ini berbeda-beda tergantung kebijakan perusahaan tapi yang jelas, seorang pemegang lisensi CPL hanya bisa menjadi kopilot di perusahaan-perusahaan ini. Setelah mencapai jam terbang tertentu, perusahaan akan mempromosikan kopilot untuk menjadi captain atau PIC. Kapan seorang kopilot bisa menjadi kapten adalah tergantung kebijakan perusahaan. Sedangkan peraturan menyebutkan minimal 1500 jam terbang dan memiliki ATPL. Pada perusahaan yang cukup besar, seorang penerbang baru akan menjadi Second Officer, lalu dipromosikan menjadi First Officer, Senior First Officer sebelum menjadi Captain sejalan dengan pengalamannya. Untuk perusahaan yang lebih sederhana, hanya ada First Officer lalu Captain. Di perusahaan tempat penulis bekerja, seorang pemegang CPL fresh graduate yang baru lulus dari sekolah penerbang akan menjadi seorang Second Officer selama 1 sampai 1 ½ tahun, sebelum dijadikan First Officer. Setelah 3 tahun berbakti di perusahaan maka penerbang tersebut otomatis diangkat menjadi Senior First Officer. Setelah 4 tahun dan jam terbang mencapai lebih dari 5000 jam, maka dia berhak dipromosikan menjadi seorang Captain setelah melalui berbagai tes dan ujian, termasuk ujian mendapatkan ATPL (Airline Transport Pilot License). Kita lihat di perusahaan ini, menjadi Captain membutuhkan 5000 jam, padahal peraturan memberikan minimum hanya 1500 jam untuk mendapatkan ATPL. Jadi biasanya perusahaan mempunyai aturan yang lebih ketat dibandingkan dengan aturan dari negara yang bersangkutan. Tidak ada peraturan yang mengatur tentang kebutuhan bar yang biasanya dipasang di pundak seorang penerbang. Yang ada adalah adat dan kebiasaan. Dimulai dari 1 bar untuk Second Officer, 2 bar untuk First Officer, dan 3 bar untuk Senior First Officer, seorang Captain biasanya memiliki 4 bar. Di perusahaan lain, Second Officer disebut Junior Firs officer. Setahu penulis, di sebuah airline di Indonesia, seorang kopilot langsung mengenakan 3 bar di pundaknya tidak perduli apakah dia kopilot yang masih baru atau sudah senior. Mungkin maksudnya untuk memberikan citra bahwa semua kopilotnya adalah senior. Kembali lagi bahwa tidak ada aturan tentang bar ini, jadi sah saja kalau suatu saat ada perusahaan yang memberikan seragam tanpa bar untuk penerbangnya. Jadwal dan rute terbang Perusahaan charter dan pesawat pribadi Jadwal terbang dan rute penerbangan yang dilakukan adalah berdasarkan tipe dan kebijakan perusahaan. Contohnya sebuah perusahaan charter biasanya tidak memiliki jadwal tetap. Penerbangan dilakukan jika ada orang atau perusahaan yang menyewa pesawatnya. Biasanya di perusahaan ini penerbangnya selalu mendapatkan jadwal standby. Begitu pula jika anda menjadi penerbang pesawat pribadi/korporasi. Jadwal terbang anda akan tergantung pada keinginan pemilik pesawat atau perusahaan pemilik pesawat. Ada perusahaan yang penulis tahu memberikan jadwal misalnya 3 minggu ON dan 2 Minggu OFF. Maksudnya selama 3 minggu seorang penerbang harus harus siaga untuk bertugas kapan saja, dan setelah 3 minggu, yang bersangkutan mendapatkan 2 minggu libur. Contoh lain adalah 6 minggu ON dan 3 minggu OFF. Semua itu bergantung pada kebijakan perusahaan. Tentunya selama 6 minggu ON penerbang harus mendapatkan libur kalau jadwal terbangnya padat. Aturan maksimum lamanya tugas dan terbang diatur di part 135 dan 121. Rute yang dijalankan juga bergantung pada penyewa atau pemilik pesawat. Perusahaan berjadwal Penerbangan di perusahaan ini memiliki jadwal yang tetap sehingga jadwal penerbangnya juga bisa direncanakan sebelumnya. Ada perusahaan yang mengeluarkan jadwal setiap bulan, ada yang setiap 2 minggu, adapula yang diberikan jadwal setiap 3 hari. Kembali lagi ini adalah tergantung kebijakan perusahaan dan tentunya tergantung kerapihan penjadwalan di perusahaan baik penjadwalan pesawat ataupun penerbangnya. Rute dalam dan luar negeri Rute dalam atau luar negeri bukanlah sebuah karir tapi lebih bergantung pada pesawat dan rute airline yang bersangkutan. Misalnya jika sebuah perusahaan memiliki beberapa B737 yang beroperasi domestik dan beberapa Fokker F28 yang lebih kecil tapi beroperasi secara internasional ke negara tetangga, maka seorang penerbang yang baru diterima yang ditugaskan untuk menerbangkan Fokker F28 akan terbang internasional sedangkan seniornya yang terbang di Boeing 737 akan terbang domestik. Penerbang pesawat kargo Menjadi penerbang pesawat kargo tidak berbeda dengan penerbang pesawat penumpang. Seperti telah sedikit dibahas sebelumnya ada beberapa maskapai yang tidak membawa penumpang. Fedex, TNT, DHL, adalah beberapa maskapai yang terkenal. Perusahaan seperti Singapore Airlines juga memiliki bagian sendiri yang disebut SIA Cargo yang khusus mengoperasikan pesawat-pesawat kargo Boeing 747. Contoh lain perusahaan yang mengoperasikan hanya pesawat kargo adalah Air Hongkong di Hongkong. Secara umum tidak ada perbedaan syarat menjadi penerbang pesawat penumpang ataupun pesawat kargo. Banyak penerbang menyukai bekerja di maskapai kargo karena jadwal yang lebih fleksibel karena tidak ada misalnya penumpang yang komplain kalau penerbangan terlambat 30 menit. Hal ini bukan berarti penerbangan kargo sangat santai, banyak kargo yang harus diantar secepat mungkin karena barang yang dibawa seperti ikan segar bisa saja menjadi kadaluarsa jika terlambat sampai di tujuan. Ada juga barang-barang yang dikategorikan sebagai dangerous good, yang tidak bisa dibawa di pesawat penumpang jadi harus dibawa hanya di pesawat kargo, contohnya adalah barang-barang yang dengan radiasi tinggi atau barang yang tidak boleh dicampur dengan barang lain karena korosif. ![]() |
| |||
![]() Pengenalan Instrument Didalam sebuah pesawat akan banyak kita temui bermacam macam instrument, dan ada pula yang membadakan nya tergantung dari jenis pesawat. Dari semua instrument yang terdapat di dalam pesawat ada beberapa instrument dasar yang wajib diketahui dan difahami oleh seorang penerbang, yaitu: 1. Speed Indicator Fungsinya adalah : Untuk mengetahui kecepatan udara 2. Attitude Indicator Fungsinya adalah : Untuk mengetahui keadaan pesawat terhadap permukaan bumi 3. Altitude Indicator Fungsinya adalah : Untuk mengetahui ketinggian pesawat terhadap permukaan laut 4. Heading Indicator Fungsinya adalah : Untuk mengetahui arah yang dituju pesawat 5. Vertical Speed Indicator Fungsinya adalah : Untuk mengetahui climbing/descents rate per detiknya 6. Turning Cordinator (centered ball) Fungsinya adalah : Untuk menjaga agar arah pesawat tetap pada jalur nya pada saat belok. ![]() T – Scanning Istilah yang biasa digunakan untuk menjaga attitude pesawat dalam penerbangan. Apakah pesawat yang kita terbangkan masih dalam batas yang kita inginkan. Mengapa disebut T – Scanning? Oleh karena instrument dasar yang sangat crucial di front panel sebuah kokpit biasa disusun berdasar tarikan garis sesuai huruf T. Dimana setiap penerbang wajib memantau segala aktifitas instruments tersebut setiap saat. ![]() (always keep your eyes scanning T area) |